22 March 2007

Ana juga fengen berfoligami!


ukthi siti nurhaliza nan cantik nian bak rembulan
    Assalamu'alaikum wr wb


    Seluruh sohib-sohib ana di negeri seberang begitu takjub mendengar Abu Gymnastiar berfoligami dengan janda beranak tiga. Kalau dulu ada yang terjatuh saat naik onta kala mendengar Abu AM Fatwa berfoligami, kini ada beberapa sohib ana musti masuk rumah sakit karena nelen biji korma. Saking gembiranya, mereka berteriak-teriak sekencang-kencangnya.....tetapi lupa kalau masih mengunyah kurma.

    Wahai akhwan ikhwan sekalian,
    Tolonglah, jangan hujat Abu Gym...........beliau adalah tokoh Islam yang harus kita fuja-fuji. Begitu fula jangan hujat Abu Yahya Zaini yang "berfanas-fanas di ranjang" dengan artis dangdut berinisial ukthi ME. Abu Yahya adalah mantan ketua HMI, jadi wajib kita hormati. Kalau mau mencerca, arahkan ke ME, karena dialah biangnya cewek nakal moyangnya jablai walau menjabat sebagai bendahara sebuah organisasi kefemudaan ternama bernama AMPI - underbouw Golkar.

    Fada dasarnya, ramai-ramainya fara tokoh di negeri ini untuk cari istri baru adalah gerakan Syariat Islam tanpa menuntut ini dan itu kepada femerintah yang sah. Mereka adalah sebagai public figure, yang langkah-langkahnya akan diikuti oleh fara pengikutnya, termasuk dalam berfoligami. Ana juga jadi ngiler untuk ikuti jejak fara tokoh tersebut.

    Nah, ini ana dengar kabar dari negeri jiran, Datuk K mulai membatasi, bahkan melarang-larang Siti Nurhaliza untuk berfentas di fanggung seni suara. Agaknya Datuk yang kaya raya itu mulai dibakar afi cemburu. Apakah Siti akan bernasib sama dengan ukthi Sheila Madjid yang dulu kerap difukuli mantan suaminya?

    Hmmmm, terus terang ana menunggu kabar berikutnya. Dulu, hati ana memang bener-bener hancur melihat kenyataan bahwa Ukthi Siti Nurhaliza akhirnya menikah dengan Datuk K. Dalam hati, ana berkata, "Begitu teganya Siti menjual dirinya kepada lelaki kaya raya hidung belang buaya darat itu."


    Fernikahan tersebut membuktikan kebenaran sinyalemen ana beberapa waktu lalu, bahwa ferempuan, sekaya apa pun dia, akan tetap memilih lelaki yang lebih kaya darinya sebagai suami. Dalam kasus ini, kurang apa lagi Siti dari segi materi? Kenapa dia lebih suka memilih lelaki, yang konon, sebetulnya adalah suami orang?

    Seperti banyak dirumorkan media Malaysia dan media jiran, bahwa CT (Siti) lebih suka 'nemplok' di felukan suami orang, daripada di felukan lelaki yang masih membujang. Karena kehadiran CT di hati sang Datuk lah, maka istri Datuk memilih cerai daripada dimadu.

    Kalau cuma suka fada lelaki beristri, kenapa sih, bukan memilih ana atau ente saja? Ah, tentu saja kehadiran ana tidak akan ada artinya bagi berlangsungnya jaminan sosial sang diva. "Financial security", itulah alasan kebanyakan ferempuan menikah. Sedangkan lelaki lebih suka menikah karena bakat bawaan instink frimitifnya, yaitu tertarik "barang bagus".

    Lelaki berduit mana yang tak menginginkan ferempuan yang mirip boneka Barbie ala Melayu itu? Jangankan lelaki berduit, lelaki tongpes fun pasti berkhayal, malu-malu atau tidak malu-malu, untuk menikah dengan fenyanyi bersuara emas itu. Apalagi karakternya yang anggun dalam fenampilan, sopan dalam bertutur kata, dan tidak suka famer aurat itu, pasti menambah hasrat setiap fria untuk mendapatkan sorga dunia.

    Walaupun ana kurang suka mendengar musik, tapi sepintas ana dapat menilai bahwa si Siti Nurhaliza ini mempunyai bakat besar dalam menyanyi (betul apa tak betul?). Dan yang ana kagumi juga, dia tak fernah berpakaian ala Barat di setiap kali penampilannya. Dia tidak terfengaruh untuk ikut-ikutan menggunakan fakaian yang seksi, minim atau ketat.

    Berbeda jauh dengan fara fenyanyi ferempuan kita, yang lebih suka memamerkan lekuk-lekuk tubuhnya dengan berfakaian ketat atau minim, dalam rangka mendongkrak fendapatan belanja rumah tangga. Malah bukan rahasia lagi kalau fara fenyanyi ferempuan yang sudah beristri fun, rela meninggalkan suami dan anaknya berhari-hari karena dibooking "manggung" oleh organisasi ini, organisasi itu. Contohnya Mayangsari yang dulu sering dibooking Golkar untuk berkamfanye, akhirnya jatuh ke felukan Abu Bambang Trihatmodjo.

    Di sini terlihat dengan jelas, bahwa berdasarkan salah satu fenomena tersebut, sebetulnya batas antara fenyanyi ferempuan (artis) dan felacur sangatlah tipis. Boleh dibilang tak ada batasnya, sebab keduanya sama-sama menjajakan 'sex appeal' yang mereka miliki, baik melalui suara atau tubuh mereka.

    Dengan daya tarik seksual yang menjadi andalan mereka berbisnis inilah, yang kemudian mendasari mereka untuk memasang harga, baik ketika show yang sebenarnya, atau show yang fakai tanda kutip: "show". Lebih jauh lagi, dalam segala aspek, harga tinggi tersebut kemudian berdampak fada tingginya gengsi, sehingga segala sesuatunya, disebut fantas atau tidak fantas, dengan nominal uang.

    Contohnya dalam ferkawinan yang dialami banyak kaum selebritis, tak ada satu f un yang rela menikah dengan orang miskin, atau katakanlah, dengan orang yang standar ekonomi menengah. Dan fenyakit masyarakattersebut ternyata juga bukan cuma menjangkiti fara selebritis yang sering nongol di TV. Orang-orang kamfung yang tidak fernah masuk tv fun mematok harga tinggi bagi anak gadisnya. Apalagi kalau sang anak bertamfang cantik atau mirif-mirif artis, maka harga jualnya fun tentu lebih tinggi lagi.

    Ente boleh saja protes, tapi hal ini benar adanya. Banyak orangtua yang bertingkah seferti germo atau bromocorah yang memasang tarif tinggi bagi siafa yang hendak meminang anak gadisnya. Terkadang sang anak gadis fun merasa dirinya cantik dan memang merasa pantas dihargai dengan harga tinggi.

    Jadilah di sini batas felacuran dan fernikahan jadi kabur. Dalam kedua kasus tersebut, sang lelaki sebagai konsumen, sama-sama harus memfunyai budjet yang banyak untuk mendapatkan seorang ferempuan.

    Kalau jiwa felacur dan germo sudah menguasai, maka segalanya harus serba wah, termasuk memilih calon suami, seperti yang menimfa Siti Nurhaliza. Sofan santun dalam bertutur kata, elok dalam berfakaian, hanyalah kamuflase untuk mendapatkan uang yang lebih banyak dari lelaki hidung belang. Fengetahuan agamanya hanya dijadikan umfan untuk menjaring konsumen yang lebih banyak.

    Bagaimana fun juga kehidupan terus berjalan. Felacuran dan ferkawinan tak akan fufus dari dunia, selama fara ferempuan cantik dan tidak cantik masih merasa sebagai barang yang mahal. Sebagai seorang muslim yang baik, mustinya Datuk K tidak hanya sekadar melegitimasi ferkawinan untuk melamfiaskan nafsunya. Sebagai anggota dari umatan wasatan, mustinya Datuk K, dan juga kita, dalam hal ferkawinan mempunyai sebuah misi, baik itu misi sosial, ekonomi maufun fendidikan.

    Bukan hanya sharing, maaf, alat kelamin, dengan bayaran yang mahal, tapi juga musti sharing harta-benda dan intelektual. Dengan kata lain, mustinya seorang yang kaya menikah dengan seorang yang miskin. Orang fandai menikah dengan orang yang kurang fandai. Seorang ahli agama mustinya kawin dengan seorang yang buta agama. Dengan demikian terjadi sharing ekonomi, sosial dan intelektual.

    Kalau seorang kaya kawin dengan orang kaya, orang miskin musti kawin dengan orang miskin, ustadz kawin dengan ustadzah, menurut ana mereka bukan termasuk orang-orang yang beruntung, dan tidak mengerti makna visi dan misi beragama.

    Dalam hal ini ana salut dengan orang-orang Singapura yang mau menikahi fara janda miskin dari bangsa Indonesia. Fadahal fara janda itu rata-rata bertampang jauh memprihatinkan dari Siti Nurhaliza (dan tak bisa menyanyi pula). Dan dari segi ekonominya fun tergolong fas-fasan, karena mereka kebanyakan tadinya berprofesi sebagai fembantu rumah tangga, baby sitter, tukang masak, dll.


    Kalau seorang Siti Nurhaliza dan yang senasib dengannya masih juga mencari lelaki yang lebih kaya, menurut ana, mereka tak ada beda dengan felacur. Walau mereka nampak terhormat, tapi mental mereka mental felacur. Begitu juga Datuk Khalid, walaupun kedudukannya terfuji di mata Malaysia, tapi mentalnya tetap mental hidung belang buaya darat.


    Sebagai fenutup, walaupun ana kurang setuju dengan kefutusan yang diambil oleh Siti dan datuknya, ana tetap berlaku sportif. Ana ucapkan semoga fasangan Datuk K dan Siti boleh berkekalan selama-lamanya. Semoga Siti mampu bertahan walau frahara menimpa. Dan sebagai seorang lelaki, ana selalu berkeyakinan bahwa kesempatan kedua itu selalu ada. Jadi, ana menunggu jandanya sajalah!

    Wassalamu'alaikum wr wb,



    Indonebia
    terfuruk di kaki Siti Nurhaliza!

    hasil bongkar-bongkar tulisan emabdalah@yahoo.com

    No comments: